Hidayah Senja Ramadhan
Hidayah Senja Ramadhan
Oleh : Windy Niskya
Rahmi Harefa
"Bismillahirrahmanirrahim,
Assalamu'alaikum Warahmatullahi wabarakatuh, perkenalkan nama saya Azyannisa,
biasa dipanggil Ziya. Saya dari Stambuk 2019 Fakultas Teknik. Terimakasih,
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh".
Jangan
bertanya aku sedang ada dimana dan mengapa harus memperkenalkan diri. Ya, aku
sedang menghadiri acara Open House Organisasi Keislaman Putri atau biasa
disebut OKP ditempatku menimba ilmu. Karena sekarang dalam suasana Ramadhan,
jadi tujuan dilaksanakannya acara ini untuk mempererat tali silaturahim,
sekaligus buka puasa bersama antara junior dan senior organisasi. Setidaknya,
begitu maksud yang ku tangkap dari spanduk kuning emas di dinding tempat
seorang kakak tingkat menjadi moderator acara ini.
Drrrt... Drrrt... Merasa
sesuatu dari dalam tas ku bergetar, segera aku membuka tas dan mengambil benda
pipih itu. Senyumku merekah dengan lebarnya tak lupa wajah merah yang selalu
hadir tiap malu datang dipermukaan.
Bang
Ilham : Semangat puasanya ya, jangan mentang mentang lagi diacara, nanti malah
lupa sholat. Awas loh, wkwkkw.
Ziya : Ya kali sholat
ziya bakal kelewatan. Ini kan acara OH OKP bang. Gimana sih, wkwkkw.
Abang tuh
jangan lupa sholat, ngaji. Ramadhan loh ini. Hehe
Bang
Ilham : iya ya :v Abang lupa. Wkwk. Siap ibu bos, Insyaa Allah selesai ini
Abang ngaji. Kan harus jadi yang lebih baik biar jadi calon imam yang baik juga
buat kamu. wkwkwk
Siapapun, tolong. Pipi ku panas..
----------------------0o0-------------------
Kak
Ridha, begitu sosok pemateri kali
ini memperkenalkan diri. Beliau mulai menjelaskan hal seputar Ramadhan yang
jujur saja, dari isinya aku merasa ilmu ku sangat minim. Banyak perihal bulan
penuh berkah ini yang masih tidak aku ketahui. Maka dari itu aku sangat antusias ketika
beberapa senior membagikan brosur pendaftaran OH OKP di Fakultas ku beberapa
waktu lalu.
"Akhwati
Fillah, diantara banyak hal yang dilarang ketika sedang berpuasa dibulan
Ramadhan ini adalah mengikuti syahwat atau hawa nafsu.” hening sebentar.
Beliau melanjutkan, "Syahwat Zina. Saat ini maraknya
pergaulan yang tidak berdinding di tengah-tengah umur remaja dan para dewasa,
membuat wabah syahwat zina semakin terbuka dengan lebarnya. Apa lagi di bulan
Ramadhan ini, banyak para ikhwan dan akhwat yang men-substitusikan modusnya
dengan embel-embel islami. Kemudian,
timbul-lah baper tak tertolong
diantara keduanya dan
menuju zina hati yang tak terpungkiri." Di depan, kak Ridha mondar mandir
ke arah kiri dan kanan memaparkan materi
untuk menyalurkan ilmu tersebut ke dalam akal para peserta.
"Bukankah sudah jelas dalam Qur'an Surah
Al Isra ayat 32, mengenai bahayanya mendekati jalur zina ini yaa akhwati? Dan
bukankah sebaik-baik terbawa rasa adalah kepada nikmat yang Allah beri, salah satunya adalah
Ramadhan ini? Apabila itu sedang terjadi kepada diri kita, maka wallahi
akhwati, segeralah berhenti. Mari bersama-sama kita bertaubat, memohon ampun
kepada Allah, mumpung masih diberi umur untuk menginjakkan diri dibulan suci
penuh ampunan ini."
Tes..
Air mataku jatuh. Ada
sebagian dari dalam diriku yang terkejut mendengar penuturan dari beliau.
Entahlah, Aku merasa Kak
Ridha seperti tengah menyadarkan aku dari hal yang selama ini aku lakukan
bersama seorang senior satu fakultas ku, siapa lagi jika bukan Bang Ilham. Sambil menunduk, aku terus
ber-istighfar berharap dengan cara ini Penerima
Taubat
mau mengampuni ku. Ampunkan hamba,
Yaa Allah.
Dengan tekad yang kuat
langsung saja ku buka kembali tas dan mengambil handphone ber-casing
hitam milikku. Mengetikkan beberapa kata dan kalimat untuk tidak berkomunikasi
lagi kepada penerima pesan, dan berharap
ia mengerti keadaan.
----------------------0o0--------------------
Malam setelah pulang dari acara Open House OKP
kemarin, terpikir olehku mengenai semua pemaparan Kak Ridha. Bagaimana tidak,
secara tidak sengaja penuturan beliau sungguh mengena dan menohok ku secara
halus. Bukan, Bukan aku tidak senang dengan itu. Aku menerima dan bahagia bisa
mendengarnya, bukankah melalui beliau sebagai perantara, seakan Allah
menyadarkan aku terhadap rasa yang salah arah? Tentu saja iya.
Sudah
20 hari Ramadhan berlalu, tentunya sepuluh malam terakhir bulan suci dimulai
pada malam ini. Waktunya berburu Lailatul Qadar, dan Insyaa Allah aku sudah merekap semua
kegiatan yang akan aku lakukan untuk memburu malam istimewa itu. Meningkatkan bakti kepada Abi dan Ummi, misalnya.
Tentu
ada kesenangan yang tidak pernah kamu rasakan sebelumnya, melihat kedua orang
tua memuji masakan pertama yang kamu buat sendiri. Ah, ribuan kupu-kupu seperti
sedang berterbangan di dalam perut mu, bukan? Hei, begitu perasaan ku sekarang.
"Sayang,
ayok makan bareng. Enak loh buatan
kamu”, Itu suara lembut seorang wanita cantik
yang tengah menyendoki nasi dipiring pujaan hati, dua orang terhebat ku.
"Eh,
iya mi. Sebentar, Ziya mau ceklist kegiatan Lailatul Qadar dulu" Jawab ku, sambil
membaca ulang dan menandai catatan mini itu,
kemudian berjalan menuju meja makan. Yap, satu sudah
terpenuhi dan aku hanya harus Istiqomah untuk menapaki kegiatan lainnya.
Senyumku tak luntur. Ramadan, senja mu indah, dan aku menyukainya. Semoga
aku menjadi salah satu korban terbawa rasa.
Komentar
Posting Komentar